PEMERINTAHAN REPUBLIK BATAAF
PEMERINTAHAN REPUBLIK BATAAF
Pemerintahan Republik Bataaf
(1795-1806) adalah sebuah republik yang didirikan di Belanda setelah
Revolusi Batavia, mengikuti model Prancis dan menggantikan monarki
sebelumnya. Pemerintahan ini bersifat terpusat dan mengubah Belanda dari
federasi menjadi negara kesatuan. Republik ini berakhir ketika Napoleon
Bonaparte mengubahnya menjadi Kerajaan Hollandia pada tahun 1806, yang kemudian
menempatkan saudaranya, Louis Bonaparte, sebagai raja.
Latar Belakang dan Pembentukan
- Revolusi
Batavia:
Republik Bataaf didirikan pada 19
Januari 1795, sehari setelah raja terakhir, Willem V, melarikan diri ke
Inggris, membuka jalan bagi penguasaan Prancis.
Republik Bataaf adalah
pemerintahan yang terbentuk di Belanda setelah revolusi di Eropa, di mana
Belanda menjadi sekutu Prancis di bawah Napoleon Bonaparte.
Pada akhir abad ke-18, Belanda
(yang kala itu masih berbentuk Republik Belanda) mengalami krisis internal dan
tekanan dari kekuatan Eropa lainnya, terutama Inggris dan Prancis.
Tahun 1795, Revolusi Prancis
membawa perubahan besar di Eropa, termasuk pendirian Republik Bataaf di
Belanda, yang menggantikan pemerintahan lama dan mengadopsi sistem pemerintahan
republik yang bersekutu dengan Prancis.
Pengaruh Republik Bataaf juga
meluas ke wilayah-wilayah jajahan Belanda, termasuk Hindia Timur (sekarang
Indonesia), yang dikelola oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), tetapi
VOC sudah mengalami kebangkrutan pada tahun 1799.
- Pengaruh
Prancis:
Republik ini sangat terinspirasi
oleh nilai-nilai Revolusi Prancis, seperti kebebasan, persamaan, dan
persaudaraan, serta mengikuti model pemerintahan Republik Pertama
Prancis.
Sistem Pemerintahan
- Perubahan
menjadi Negara Kesatuan:
Awalnya federal, Republik Bataaf
berubah menjadi negara kesatuan pada tahun 1798, dengan pemerintahan terpusat
di bawah pengaruh Prancis.
- Politik
Luar Negeri Terbatas:
Meskipun memiliki pemerintahan
sendiri, politik luar negeri Republik Bataaf berada di bawah kendali Prancis.
Akhir Pemerintahan
- Penggantian
dengan Kerajaan:
Pada tahun 1806, Napoleon
Bonaparte membubarkan Republik Bataaf dan mendirikannya menjadi Kerajaan
Hollandia, dengan Louis Bonaparte sebagai raja.
- Penjajakan
Kekuasaan:
Napoleon menjadikan Hollandia sebagai negara boneka untuk memperkuat kendali Prancis atas Eropa.
Dampak di Indonesia
- Perubahan
Kolonial:
Karena Belanda berada di bawah
kekuasaan Republik Bataaf dan kemudian Prancis, terjadi perubahan signifikan
dalam administrasi dan kebijakan kolonial di Hindia Belanda.
- Penguatan
Keamanan:
Pemerintah Republik Bataaf memperkuat keamanan di wilayah kekuasaannya untuk menghalangi serangan Inggris, yang kemudian berlanjut pada masa Louis Bonaparte di bawah kendali Prancis.
Perkembangan Pemerintahan Bataaf di Indonesia
Setelah kebangkrutan VOC, Hindia
Belanda berada langsung di bawah kendali pemerintah pusat di Belanda, yaitu
Republik Bataaf. Pemerintahan Bataaf di Indonesia lebih terfokus pada
restrukturisasi administratif dan militer di Hindia Belanda.
Meskipun masa pemerintahan Republik Bataaf tidak berlangsung
lama, periode ini menandai awal dari perubahan signifikan dalam pemerintahan
kolonial Belanda di Indonesia, termasuk pembubaran VOC dan reformasi dalam
administrasi kolonial.
Pemerintahan Bataaf juga
memberikan dasar bagi pembentukan pemerintahan kolonial yang lebih terstruktur,
meski penerapannya lebih nyata setelah Belanda mendapatkan kembali Hindia
Belanda dari Inggris pada 1816.
Dampak dari masa pemerintahan
Republik Bataaf di Indonesia cukup terasa, terutama dalam sistem pemerintahan
yang mengalami penyesuaian dengan model administrasi yang lebih terpusat dan
modern ala Prancis.
Pemerintahan Herman Willem
Daendels (1808-1811)
Daendels memimpin Hindia Belanda
pada 1808 sampai 1811. Diangkatnya daendels sebagai pemimpin bertujuan untuk
mempertahankan wilayah Hindia Belanda dari serangan Inggris.
Berikut adalah beberapa kebijakan
yang dibuat Daendels selama memimpin.
- Bidang Ekonomi: Daendels menjual banyak tanah milik
gubernurman kepada pihak swasta, melakukan pemungutan pajak, pribumi wajib
menyerahkan hasil pertanian kepada pemerintah.
- Bidang Pemerintahan: Memindahkan pusat pemerintahan
dari Batavia ke Weltevreden, Pulau Jawa diagi menjadi 9 prefektur dan 31
kabupaten.
- Bidang Pertahanan: Merekrut rakyat Indonesia sebagai
tentara, membangun pabrik senjata, dan membangun jalan raya dari Anyer
sampai Panarukan dengan kerja rodi.
- Bidang Sosial Budaya: Menghilangkan upacara
penghormatan yang sebelumnya diberikan kepada residen, sunan, dan sultan.
- Bidang Hukum: Membagi sistem peradilan menjadi tiga golongan, yaitu untuk orang Eropa, Timur Asing, dan Pribumi.
LEBIH LENGKAPNYA
Kebijakan
Politik dan Pemerintahan Daendels melakukan perubahan yang mendasar dan
menyeluruh pada sistem politik dan pemerintahan Indonesia. Pada awal
pemerintahan, Daendels melakukan reorganisasi sistem pemerintahan dan birokrasi
di Jawa. Daendels menerapkan sistem pemerintahan sentralisasi kekuasaan dan
menjadikan Batavia sebagai pusat kekuasaan. Berikut merupakan kebijakan
Daendels dalam bidang politik dan pemerintahan :
1. Membatasi pengaruh kekuasaan kerajaan-kerajaan
tradisional Indonesia terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat
2. Membagi pulau Jawa menjadi 23 karisidenan
Kedudukan Bupati sebagai penguasa tradisional daerah diubah menjadi pegawai
dibawah pemerintah kolonial
3. Membagai wilayah Jawa bagian timur menjadi 5
prefektur (setingkat provinsi) yaitu Surabaya, Sumenep, Rembang, Pasuruan,
Gresik Kebijakan Sosial dan Ekonomi Dalam bidang sosial dan ekonomi, Daendels
menerapkan berbagai perubahan kebijakan terkait cara eksploitasi tanah jajahan.
4.
Upaya eksploitasi sosial dan ekonomi tersebut
bertujuan untuk membiayai kebutuhan perang Perancis dalam menghadapi pasukan
Inggris pada awal abad ke-19 Masehi. Dalam buku Daendels and the Sacred Space
of Java (1808-1811) (2013) karya Peter Carey,
Berikut merupakan kebijakan sosial
dan ekonomi Daendels di Indonesia:
1. Mengharuskan rakyat pribumi untuk melaksanakan
penyerahan wajib atas hasil pertaniannya Menjual tanah-tanah Indonesia kepada
pihak swasta
2.
Menanam tanaman komoditas yang laku di pasar
internasional
3.
Memungut pajak kepada rakyat pribumi
4.
Menggabungkan wilayah Kasunanan dan Kasultanan
ke dalam wilayah pemerintah
Berikut merupakan
kebijakan-kebijakan Daendels dalam bidang militer dan pertahanan:
1.
Membangun benteng-benteng baru di sekitar
pesisir pulau Jawa
2.
Membangun pangkalan angkatan laut di perlabuhan
Anyer dan Ujung Kulon
3. Membangun jalan raya Anyer-Panaurkan untuk
memudahkan mobilisasi pasukan dan logistik perang
4.
Menjadikan penduduk pribumi sebagai tentara
pemerintah kolonial
5.
Membangun pabrik senjata di Surabaya dan
Semarang Di saat situasi tidak menentu.
Tidak ada komentar