KEKUASAAN VOC
1. Latar belakang
terbentuknya VOC di Indonesia
Perusahaan
Hindia Timur Belanda, atau Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), adalah perusahaan dagang
multinasional pertama di dunia yang didirikan pada tahun 1602 oleh
Belanda. Diberikan wewenang luas oleh pemerintah Belanda, VOC memonopoli
perdagangan di Asia, mendirikan koloni, dan memiliki kekuasaan semi-pemerintah,
termasuk hak untuk berperang dan mencetak uang. Perusahaan ini sangat
sukses dan kaya, tetapi pada akhirnya bangkrut karena korupsi dan perang, dan
dibubarkan pada tahun 1799, yang kemudian membuka jalan bagi pembentukan Hindia
Belanda.
VOC didirikan oleh dua tokoh yang bernama Prints Maurits dan Johan Olden Barnevelt pada 20 Maret 1602 yang dilatarbelakangi adanya persaingan dagang Belanda. Keberadaan VOC menjadi sangat menguntungkan bagi Belanda mengingat VOC menjadi pemasukan terbesar Belanda. Berdirinya VOC diawali dari modal pertama sebanyak 6,5 miliar gulden oleh direktur pertama yang dikenal sebagai Heeren Zeventien dengan kantor pertamanya terletak di Banten yang dipimpin oleh Francois Wittert.
2. Tujuan
pembentukan VOC
a.
Menghindari
persaingan tidak sehat angtar sesama pedagang Belanda guna memperoleh
keuntungan besar
b.
Memperkuat
posisi Belanda dalam menghadapi persaingan antar pedagang Eropa dan Asia
lainnya.
c. Membantu dana pemerintahan Belanda yang sedang berperang melawan Spanyol. Setelah mengalami perkembangan yang pesat VOC menghadapi masalah dengan pedagang Spanyol dan Portugis. Hal tersebut membuat kepemimpinan VOC yang dipegang oleh pemerintah Belanda yang dipegang oleh dewan 17 atau Heeren Zeventien yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda memberikan hak oktroi atau hak-hak istimewa kepada VOC layaknya sebuah kerajaan. Hak istimewa tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dianggap sebagai wakil pemerintahan Belanda di Asia
2. Hak melakukan monopoli perdagangan
3. Hak atas perekrutan pegawai
4. Membentuk angkatan perang
5. Melakukan perang
6. Membangun benteng dan melakukan perjanjian
7. Mencetak dan mengeluarkan uang sendiri
Hak oktroi ini bertujuan untuk menyingkirkan Portugis dan Spanyol yang menguasai Nusasntara pada waktu itu.
3. Untuk melaksanakan kekuasaanya
di Indonesia diangkatlah Gubernur Jendral VOC yaitu :
a. Gubernur
Jendral Pieter Both (1610-1614) di Ambon yang memindahkan pusat VOC dari Ambon
ke Jayakarta dan membangun pos perdagangan di Banten.
b. Gubernur
Jendral Laurens Reael (1615-1619) salah satu aturanny aadalah membuat aturan
Hongi Tochen yaitu aturan yang menghukum VOC karena bertindak semena-mena
c. Gubernur
Jendral Jan Pieterzoon Coen (1619-1623) perannya adalah merevitalisasi
kedudukan pulau -pulau di utara Batavia sebagai basis pertahanan, keamanan dan
administrasi.
d. Gubernur
Jendral Peter der Carpentier (1624-1627) salah satu perannya adalah melakukan
pengemasan menggunakan karung yang diikat dengan tambang.
e. Gubernur
Jendral Hendrik Bouwer (1632-1636) salah satu perannya adalah memerintahkan
masyarakat Tionghoa untuk tinggal di sebelah kali Ciliwung agar dapat emagari
pemukiman mereka menggunakan kayu.
f. Gubernur
Jendral Cornelis Van Der Lijn (1645-1650) salah satu perannya adalah mengadakan
perjanjian damai bersama Banten agar VOC bisa lebih stabil
g. Gubernur
Jendral Carel Reyniersz (1650-1653) perannya adalah menyingkirkan para
kompetitor VOC
h. Gubernur
Jendral Cornelis Speelman (1681-1684) perannya adalah memimpin ekspedisi
militer demi memperluas wilayah kekuasaan VOC di Nusantara
i. Gubernur
Jendral Petrus Al Vertus Van Der Parra (1761-1775) masa pemerintahannya
terlibat kasus korupsi dan kondisi keungan VOC mulai merosot karena ia terkenal
dengan gaya hidup yang mewah dan bersenang-senang.
j. Gubernur
Jendral Rienier De Klerk (1777-1780) perannya membawa budaya Belanda ke Hindia
Belanda
Petinggi -petinggi negara yang ditugaskan di Indonesia adalah :
1. Pieter Both, alasan ia memindahkan
4. Kebijakan VOC di bidang ekonomi
Dalam praktiknya VOC memiliki kebijakan dalam bidang ekonomi yang dilakukan untuk menguasai rempah-rempah di Nusantara. Kebijakan VOC ini melancarkan usaha dagang untuk memperbesar kas Belanda. Namun dibalik kesuksesannya, VOC menorehkan sejarah kelam untuk rakyat Indonesia dengan monopoli dagangannya. Berikut adalah beberapa kebijakan VOC dalam bidang ekonomi yaitu :
a. Hak
Ektirpasi : Dalam ilmu sosial, hak ekstirpasi merupakan hak untuk membabat
tumbuhan hingga habis, dan menebang hutan. Dalam hal ini VOC mempunyai hak
untuk menebas dan membabat tanaman rempah-rempah pada saat hasil panen
berlebih. VOC membuat aturan sekaligus perjanjian dengan raja dan pemimpin
negeri untuk memusnahkan rempah-rempah yang berlebih, terutama pala dan
cengkeh.
VOC melakukan
hal tersebut bukan tanpa maksud. Tujuan utama hak ekstirpasi adalah untuk
mencegah merosotnya harga rempah di pasar internasional saat hasil panen
melimpah. Langkah ini merugikan rakyat yang menanam rempah-rempah karena tidak
ada sistem pembayaran ganti rugi dan tentunya hanya menguntungkan VOC.
Tujuan VOC memberlakukan kebijakan ini jelas, yakni
agar kas keuangan mereka tetap terjamin. Besaran pajak yang harus dibayarkan
oleh rakyat disesuaikan dengan nominal yang ditetapkan VOC. Kebijakan ini
tentunya merugikan rakyat.
c. c. Verpliche
Leverantie : Kebijakan
berikutnya yang tidak kalah merugikan rakyat adalah Verplichte
Leverantie. Kebijakan ini mewajibkan rakyat untuk menyerahkan hasil buminya
hanya kepada VOC. Penjualan rempah kepada selain VOC tidak diperbolehkan.
Tidak cukup sampai di situ, dalam kebijakan ini,
harga jual rempah-rempah telah ditentukan oleh VOC. Hasil bumi yang dijual oleh
rakyat meliputi lada, kayu, nila, kapas, gula, pala, cengkeh, tembakau, kopi,
dan sebagainya.
Agar monopoli perdagangan yang telah dipraktekkan
oleh VOC dapat berjalan mulus, VOC melakukan pelayaran Hongi. Kebijakan yang
juga disebut dengan Hongi Tochten ini dilakukan dengan
melakukan ekspedisi pelayaran, terutama di Indonesia bagian Timur seperti
Ambon, Maluku, Pulau Seram, dan Ternate-Tidore. Oleh karena Indonesia bagian
Timur terdiri dari banyak pulau-pulau kecil, ekspedisi ini yang dilaksanakan
dengan kapal kora-kora ini hanya bisa dilakukan melalui jalur laut.
d. d. Pelayaran
Hongi Tochen: kebijakan ini bertujuan untuk mengontrol produksi rempah-rempah
sekaligus mengawasi jalannya monopoli perdagangan. Dengan pelayaran Hongi, VOC
dapat mengontrol dan membuat regulasi siapa saja yang dapat menanam dan menjual
hasil rempah. VOC melaksanakan kebijakan ini disertai unsur penyitaan,
perampokan, perbudakan, bahkan pembunuhan.
Pedagang yang berasal dari Inggris, Spanyol, dan
Portugis juga beroperasi di daerah ini. Sehingga untuk memastikan operasi
tersebut berjalan dengan aman, kapal kora-kora tersebut dilengkapi dengan
anggota militer dengan persenjataannya dan meriam yang lengkap. Kapal kora-kora
disediakan oleh penguasa-penguasa di daerah Maluku dan Ambon yang telah
menjalin kerja sama dengan pihak penjajah Belanda.
e. e. Preangerstelsel: kebijakan ini dikeluarkan oleh Belanda dan
VOC untuk mengeruk keuntungan yang besar di daerah jajahannya. Kebijakan ini
fokus pada daerah Parahyangan atau Priangan untuk membudidayakan komoditas
kopi. Nama preanger diambil dari Priangan yang memang terkenal
sebagai daerah yang dapat menghasilkan kopri dengan kualitas unggul.
Kebijakan ini mewajibkan masyarakat Priangan untuk
menanam kopi dan menyerahkannya kepada bangsawan-bangsawan daerah yang kemudian
kopi tersebut diperdagangkan ke Eropa oleh Belanda. Para bangsawan yang
terlibat dalam praktek kebijakan ini mendapatkan keuntungan yang berupa komisi
yang cukup besar. Hal ini berkebalikan dengan penderitaan yang dirasakan oleh
rakyat.
Setelah kebijakan ini berjalan selama enam tahun,
VOC menjadi pemain penting dalam komoditas kopi. Dikabarkan bahwa mereka dapat
menguasai setengah hingga tiga perempat perdagangan kopi di dunia. Preangerstelsel menjadi
cikal bakal dari kebijakan tanam paksa atau cultuurstelsel yang
diterapkan oleh Belanda dan VOC di kemudian hari.
5. Penyebab
runtuhnya VOC
Meskipun
VOC telah memiliki kekuasaan yang cukup besar, namun pada kenyataannya VOC juga
harus menanggung banyak beban. Beban inilah yang kemudian membuat VOC mulai
mengalami kemunduran. Salah satu beban yang membuat VOC runtuh adalah hutang
yang terlalu banyak. Selain hutang, ada pula beberapa faktor penyebab runtuhnya
VOC seperti berikut:
a. Persaingan dengan negara kolonial lainnya seperti
Prancis dan Inggris
Persaingan dagang antara Prancis dn inggris terjadi
untuk menguasai jalur perdagangan global dan wilayah strategis seperti Amerika
Utara, Karibia, Afrika dan Asia. Kedua negara
b. Kondisi
ekonomi penduduk Indonesia menurun. Pendudk di pulau Jawa khususnya memiliki
kondisi ekonomi buruk hingga daya beli turun dan tidak mampu membeli
barang-barang milik VOC.
c.
Managemen
buruk. Salah satu penyebab utama kemunduran VOC adalah manajemen yang buruk.
VOC mengalami masalah korupsi, nepotisme, dan kurangnya pengawasan yang
efektif. Para pejabat VOC sering memanfaatkan kekuasaan mereka untuk keuntungan
pribadi dan mengabaikan kepentingan perusahaan. Kondisi ini berdampak pada
efisiensi operasional dan mengikis keuntungan yang dihasilkan.
d. Konflik
perang. VOC terlibat dalam berbagai konflik perang dengan negara-negara lain,
terutama dengan Inggris. Perang dengan Inggris, seperti Perang Inggris-Belanda
yang berlangsung pada awal abad ke-19, menyebabkan kerugian yang signifikan
bagi VOC. Perang ini menghabiskan sumber daya. Selain itu, juga menyebabkan
kerugian finansial yang lebih lanjut.
e. Korupsi di kalangan pejabat VOC menjadi faktor yang
mempercepat kemunduran perusahaan. Pejabat VOC sering menggunakan posisi mereka
untuk memperkaya diri sendiri melalui suap dan penggelapan dana perusahaan.
Tentu saja praktik korupsi ini merusak integritas perusahaan. Kemudian, hal itu
juga mengganggu efisiensi operasional.
f. Terseret Ekspansi Militer. Salah satu faktor lain
yang berkontribusi terhadap kemunduran VOC adalah terlibatnya perusahaan dalam
ekspansi militer. VOC mulai membangun dan mengelola benteng-benteng pertahanan
serta terlibat dalam konflik militer di wilayah Hindia Timur. Hal ini menghabiskan
sumber daya dan energi perusahaan yang seharusnya digunakan untuk mengembangkan
bisnis dagang inti VOC.
Anggaran belanja
membengkak karena banyak digunakan untuk memelihara tentara sekaligus pegawai
dengan jumlah banyak. VOC terus merekrut pegawai baru untuk memenuhi kebutuhan
di daerah yang baru dikuasai khususnya di Jawa dan Madura.
Pemberontakan dari
masyarakat Indonesia. Pemberontakan ini akhirnya membuat anggaran serta hutang
VOC terus membengkak hingga kongsi dagang Hindi Timur tersebut tak mampu
membayarnya. VOC membutuhkan dana yang cukup besar apabila ingin menumpas
pemberontakan masyarakat Indonesia. Namun, dikarenakan hutang VOC akhirnya
runtuh.
Pada 31 Desember 1799,
setelah beroperasi hampir 2 abad lamanya, VOC akhirnya dibubarkan.segala
kepemilikan serta hutang yang dimiliki oleh VOC kemudian diambil alih oleh
kerajaan Belanda.
Tidak ada komentar