Header Ads

ads header

Breaking News

KB 2 PENGANTAR ILMU SEJARAH | SEJARAH INDONESIA KELAS X | SEM. GANJIL

 

Pengantar Ilmu Sejarah

 

2.             Manusia, Ruang, dan Waktu dalam Sejarah

Pada bagian ini kalian akan belajar tentang berbagai aspek penting dalam ilmu sejarah yaitu manusia, ruang, dan waktu. Mengapa aspek ini penting dan menjadi kekhasan dalam belajar sejarah? Hal-hal tersebut akan kalian perdalam pada materi berikut ini.

a.        Manusia sebagai Penggerak, Pelaku, dan Saksi Sejarah

Manusia dalam kajian ilmu sejarah adalah subjek dan objek, yaitu manusia dengan segenap gagasan dan tindakannya adalah penggerak sejarah yang membawa perubahan di masyarakat. Di samping itu, dalam memahami manusia dalam rentang sejarah, Kartodirjo (2017) memaparkan bahwa ketika biografi dan individu menjadi unit sejarah, maka individu sebagai manusia harus dipahami secara utuh mengenai latar belakangnya, lingkungan sosial-budaya, watak, dan pandangan hidupnya. Ketika belajar tentang manusia sebagai penggerak, pelaku, saksi sejarah, kalian mengetahui manusia memiliki suasana kebatinan dan pemikiran. Kalian dapat belajar dari berbagai biografi termasuk biografi tentang orang-orang biasa yang berkontribusi bagi sejarah umat manusia.

Selain itu manusia juga dipahami dari ruang atau tempat peristiwa di mana mereka berada. Ruang atau tempat yang dimaksud adalah kondisi lingkungan, baik secara sosial, budaya, geografis, maupun ekonomi. Manusia dalam waktu adalah bagaimana sejarah manusia dipelajari baik perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangannya.

b.        Sejarah dalam Dimensi Ruang dan Waktu

Dalam ilmu sejarah, dimensi ruang atau spasial merujuk pada tempat suatu peristiwa terjadi. Dimensi ruang menjelaskan tentang kondisi dan situasi suatu peristiwa terjadi. Dimensi ruang sejarah dapat berdasarkan skala lokal, nasional, maupun global. Lokasi atau wilayah kalian tinggal, selalu memiliki sejarah lokal. Walaupun terjadi pada tingkat lokal, peristiwa tersebut seringkali berkaitan dengan berbagai kejadian di tingkat nasional maupun global. Sebagai contoh, tumbuhnya kesadaran nasionalisme dalam pergerakan nasionalisme Indonesia pada masa 1908-1945 di suatu daerah dipengaruhi atau terinspirasi dari berbagai perjuangan melawan kolonialisme dan imperalisme di dunia.

Dimensi waktu merujuk pada kapan suatu peristiwa terjadi. Dimensi waktu dapat berupa detik, jam, hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad pada masa lampau yang menunjukkan kapan suatu peristiwa terjadi. Waktu juga ditandai oleh peristiwa lain yang terjadi bersamaan dengan peristiwa itu sendiri. Misalnya, ada orang menandai waktu kelahirannya dengan peristiwa lain yang bersamaan terjadinya seperti peristiwa bencana, misalnya gunung meletus. Ringkasnya, ilmu sejarah mengkaji berbagai peristiwa dan manusia berdasarkan aspek waktu.

Berdasarkan Kuntowijoyo (2013), terdapat empat hal yang dipelajari dalam sejarah dari segi waktu yaitu:

1)   Perkembangan;

2)   Kesinambungan;

3)   Pengulangan;

4)   Perubahan

Ilmu sejarah mempelajari bagaimana suatu peristiwa berkembang dan berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu, kemungkinan terdapat pengulangan kejadian/peristiwa, serta peristiwa bersejarah yang menimbulkan perubahan di suatu masyarakat atau pun negara. Dalam ilmu sejarah terdapat periodisasi atau pembabakan waktu dengan tujuan untuk menjelaskan ciri[1]ciri tertentu yang terdapat dalam suatu periode sejarah. Sebagai contoh, berdasarkan periodisasi, sejarah Indonesia dibagi dalam empat periode, yaitu Indonesia pada masa prasejarah, pada zaman kuno, pada zaman Islam, dan pada zaman modern.

Sebagai ilmu yang mengkaji manusia dalam dimensi ruang dan waktu, sejarawan Kuntowijoyo (2013) menjelaskan bahwa sejarah adalah “ilmu yang mengkaji tentang manusia, waktu, sesuatu yang memiliki makna sosial, tentang sesuatu yang tertentu (partikular) dan teperinci. Memiliki makna sosial berarti kejadian atau peristiwa yang berdampak pada perkembangan dan perubahan suatu masyarakat.” Sebagai contoh, Politik Etis yang mulai dicetuskan pada tahun 1901 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda memberikan perubahan bagi kaum bumiputera untuk mengakses pendidikan yang sebelumnya sangat terbatas untuk golongan tertentu.

Kajian ilmu sejarah berbeda dengan arkeologi dan antropologi. Arkeologi adalah ilmu yang mempe[1]lajari tentang manusia berupa fosil dan benda-benda dalam kehidupan manusia. Sedangkan antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan. Walaupun kajiannya mencakup tentang kehidupan pada masa prasejarah, , fokus kajian ilmu sejarah adalah mempelajari semua proses dan dinamika manusia dengan semua aspek kehidupannya di masa lampau.

Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari sesuatu yang khusus (partikular) dan teperinci. Dengan kata lain, penjelasan dalam ilmu sejarah harus detail berdasarkan sumber-sumber sejarah yang tepercaya serta disampaikan mulai dari hal-hal yang kecil dan berurutan sehingga jelas gambaran dan narasinya. Sebagai contoh, biografi seorang tokoh dapat menjadi salah satu sumber sejarah. Di dalam biografi dituliskan kisah tentang suatu tokoh dengan detail dalam linimasa, peristiwa dan tempat. Misalnya, dalam biografi W.R. Soepratman dikisahkan tentang proses penciptaan lagu Indonesia Raya. Soepratman tergugah setelah membaca sebuah artikel di Majalah Timbul, hingga terciptalah lagu “Indonesia Raya” yang dikumandangkan pertama kali pada Kongres Pemuda II, tanggal 28 Oktober 1928.

c.        Diakronis (Kronologi) dan Sinkronis dalam Sejarah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ilmu sejarah adalah ilmu yang mengkaji tentang waktu. Ilmuwan sosial bernama John Galtung, dalam bukunya yang berjudul Theory and Method of Social Research tahun 1966, berpendapat bahwa sejarah adalah ilmu diakronis (diachronic) dan ilmu sosial lainnya adalah ilmu sinkronis. Sebagai ilmu yang diakronis, Kuntowijoyo (2008) menjelaskan bahwa sejarah adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Sebagai contoh penelitian sejarah yang diakronis adalah Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris Madura: 1850-1940 karya Dr. Kuntowijoyo, Sejarah Industri Minyak di Sumatera Utara: 1896-1940 karya Dr. Bambang Purwanto, serta masih banyak contoh karya-karya lainnya dari ahli sejarah Indonesia.

 Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris Madura 1850–1940

Kata “Madura” menunjukkan ruang yang memadat


 

Rentang waktu “1850-1940” menunjukkan memanjang dalam waktu

 

Perhatikanlah kedua contoh tersebut. Rentang waktu dari tahun 1850- 1940 pada contoh pertama dan dari tahun 1896-1940 pada contoh kedua menunjukkan rentang waktu yang panjang, tetapi terbatas pada ruang, yaitu hanya wilayah Madura pada contoh satu dan wilayah Yogyakarta pada contoh kedua. Hal inilah yang membedakannya dari penelitian ilmu sosial yang sinkronis seperti sosiologi, ilmu politik, antropologi, ilmu ekonomi. Ilmu sinkronis adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang meluas dalam ruang, tetapi dalam waktu yang terbatas. Coba kalian baca hasil penelitian sosiolog Selo Soemardjan yang berjudul Perubahan Sosial di Yogyakarta, dan penelitian antropolog Robert W. Hefner berjudul Geger Tengger: Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik yang menjelaskan perubahan sosial pada masyarakat Suku Tengger di Jawa Timur. Mari kita bandingkan perbedaannya, sehingga kalian memahami lebih jelas bahwa ilmu sejarah menekankan diakronis, sementara ilmu sosial lain menekankan sinkronis.

v Kronologi

Sebagai ilmu diakronis, menurut Zed (2018), ilmu sejarah menjelaskan perubahan dalam lintasan waktu yang disampaikan secara berurutan dari waktu yang paling awal hingga yang paling akhir. Artinya, ilmu sejarah diakronis disampaikan secara kronologis. Kronologi dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani yaitu “chronos” yang berarti waktu. Merujuk pada kamus Merriam-webster, kronologi adalah pengaturan atau pengorganisasian setiap peristiwa dalam urutan kejadian. Berikut salah satu contoh kronologi yaitu kronologi lahirnya Pancasila

v  Periodisasi

Periodisasi adalah pembabakan waktu dalam sejarah dengan cara menghubungkan berbagai peristiwa se[1]suai dengan masanya dalam satu periode. Periodisasi dalam sejarah berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh sejarawan. Sebagai contoh periodisasi berdasarkan waktu adalah masa praaksara dan masa aksara. Pembeda dari kedua periodisasi ini adalah waktu ketika manusia telah mengenal tulisan atau belum. Menurut Kuntowijoyo (2008), sejarawan membuat waktu yang terus bergerak agar mudah dipahami dengan membaginya dalam babak-babak, periode-periode tertentu. Pengklasifikasikan atas waktu pada contoh di atas adalah periodisasi.

Tujuan dari periodisasi adalah untuk memudahkan memahami suatu peristiwa bersejarah dalam rentang waktu dan klasifikasi tertentu. Salah satu contoh periodisasi sejarah Indonesia yang dilakukan oleh sejarawan Taufik Abdullah pada karyanya Indonesia dalam Arus Sejarah adalah :

·         Prasejarah

·         Kerajaan Hindu-Buddha

·         Kedatangan dan Peradaban Islam

·         Kolonialisasi dan Perlawanan

·         Masa Pergerakan Kebangsaan

·         Perang dan Revolusi

·         Pasca-Revolusi

·         Orde Baru dan Reformasi

v Berpikir Sinkronis

Sinkronis secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu “synchronous” yang berarti terjadi secara bersamaan. Seperti yang sudah dijelaskan pada materi sebelumnya, ilmu sejarah memanjang dalam waktu sekaligus juga melebar dalam ruang. Sinkronis dalam ilmu sejarah merujuk pada ruang tempat terjadinya suatu peristiwa atau kejadian yang menjelaskan tentang situasi dan kondisi (konteks) suatu masyarakat, sebab-akibat, dan korelasi (pola hubungan) atas suatu peristiwa. Situasi dan kondisi yang dimaksud dapat berupa kondisi ekonomi, seperti kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat; atau mengacu pada profesinya, misalnya sebagai pedagang, petani, dan lain-lain. Kondisi atau konteksnya juga dapat berupa kondisi geografis, misalnya keadaan alam dan sumber daya alamnya, situasi dan kondisi budaya, suku dan tradisi suatu masyarakat, atau situasi dan kondisi sosial tentang keragaman sosial masyarakat yang dapat dilihat dari pelapisan sosial maupun diferensiasi sosialnya.

Meskipun ilmu sejarah dan ilmu sosial lainnya sama-sama bersifat sinkronis dan diakronis, keduanya memeliki kecenderungan berbeda. Ilmu sejarah cenderung bersifat ilmu diakronis sementara ilmu sosial lainnya seperti ilmu sosial dan humaniora cenderung sebagai ilmu sinkronis. Berpikir sinkronis dalam belajar sejarah mendorong kalian untuk menjelaskan secara terperinci mengenai konteks (situasi dan kondisi) suatu masyarakat, hubungan sebab-akibat, hubungan (korelasi) antarfaktor. Adapun maksud dari penjelasan, situasi dan kondisi (konteks) dapat kalian jelaskan berdasarkan kondisi ekonomi, adat-istiadat, struktur sosial, komposisi penduduk, kondisi politik, dan aspek-aspek lainnya.

Untuk menambah referensi silahkan perhatikan video berikut !

 

Untuk lebih jelasnya akseslah link berikut materi sejarah youtube

 




 

 

Tidak ada komentar